EDISI SPESIAL

 

Di bulan Juli 2013, Gramedia Pustaka Utama menerbitkan buku kumpulan cerita absurd saya yang berjudul “Selama Kita Tersesat di Luar Angkasa” (SKTLA). Bagi yang telah membaca, kalian tahu bahwa ada selipan khusus di akhir buku yang membawa kalian ke halaman ini. Bagi yang belum membaca, anggap saja ini sebagai ‘bonus iseng’. Bagi yang akan membaca, pilihannya ada di tangan kalian — mau membaca backstory beberapa cerita yang akan kalian baca, atau tunggu sampai setelah kalian selesai membaca bukunya. Ingin beli bukunya secara online? Bisa di sini atau di sini.

SKTLA_coverSKTLA menampilkan 14 cerita pendek yang  saya tulis dalam jangka waktu satu tahun terakhir. Semuanya absurd. Namun tidak sedikit yang saya tulis berdasarkan kejadian nyata dalam catatan sejarah dunia. Dan proses riset untuk masing-masing cerita juga cukup intens (bagi saya). Tapi saya lega, karena dalam buku kumpulan cerita kali ini saya memberikan kebebasan bagi imajinasi saya untuk bertualang kemana pun ia mau. Selain di sini, saya juga telah menuliskan teaser untuk SKTLA di posting Selamat, Anda Tersesat dan di situs blog tumbler ini–silakan diakses bila kalian penasaran. Atau bila ingin langsung mengupas absurditas beberapa cerita yang terkandung dalam SKTLA, feel free to read on. Dan misalnya kalian punya pertanyaan tentang cerita-cerita lain dalam koleksi SKTLA, jangan sungkan untuk meninggalkan komentar di bawah atau ke lotuscreative2011@gmail.com — akan saya jawab sebisa mungkin di situs blog tumblr ini.

Selamat membaca!

Maggie Tiojakin

sktlakreatif

> Lompat Indah

Sekarang ini, Jakarta dan banjir adalah dua hal yang identik. Di kota metropolitan sebesar ini, banjir menjadi momok yang menandakan ketidaksiapan struktur serta kurangnya perhatian terhadap tata kota. Tapi banjir tidak hanya terjadi di ibukota. Ia bisa terjadi di mana saja. Cerita Lompat Indah saya tulis karena bagi saya hal yang paling menarik tentang banjir adalah bagaimana warga berusaha untuk mengatasinya. Maka saya ambil setting sebuah kampung yang tengah dilanda kebanjiran. Sama seperti bermain orang-orangan, saya tinggal menunggu apa reaksi karakter-karakter yang saya letakkan di kampung tersebut ketika harus mengatasi banjir. Tentunya langkah paling logis yang harus diambil di kala banjir adalah mengungsi. Namun ada sebagian dari diri saya yang melihat banjir tidak sebagai musibah, namun sebagai permainan. Atau hiburan. Air yang naik perlahan-lahan dan awalnya dianggap remeh oleh penduduk. Serta bagaimana kita mengakali situasi yang pelik dengan tindakan kreatif. Dan dampak serius dari banjir yang hampir selalu tersisihkan dari pikiran, namun akhirnya menampar kita begitu kejadian. Semua ini saya tanamkan pada Ahi, karakter utama dalam cerita ini. Pertanyaan utama saya adalah: “Apa kejadian paling absurd yang bisa timbul di kala banjir?”

> Panduan Umum Bagi Pendaki Hutan Liar

Dulu saya pernah baca sebuah cerita pendek yang mengisahkan hidup seorang laki-laki setelah bercerai dari istrinya dan pindah ke sebuah apartemen di tengah kota, jauh dari kedua anak-anaknya. Karena kondisi perceraian itu, mau tak mau lelaki tersebut harus mengatur jadwal hidupnya agar bisa menghabiskan waktu bersama anak-anaknya setidaknya sehari dalam seminggu. Saya sering membaca cerita, bahkan mendengarnya sendiri saat saya tumbuh dewasa, tentang dilema yang harus dihadapi oleh para istri saat harus bercerai dari suami. Bagaimana mereka berjuang mempertahankan hubungan sosial yang sehat dengan para mantan suami; bagaimana mereka harus menghadapi kehidupan baru mantan suami (yang biasa lebih cepat mendapatkan pendamping baru); serta bagaimana mereka harus berdamai dengan anak-anak yang tak mengerti alasan kenapa perceraian itu harus terjadi. Begitu saya membaca cerita pendek tentang ‘sisi lain dari perceraian’—saya sangat terpukau. Selama ini yang kita dengar selalu soal penderitaan si perempuan, beban si perempuan, kesulitan si perempuan dalam menghadapi perceraian yang hampir 99% dikatakan disebabkan oleh laki-laki. Padahal, dalam pecahnya sebuah rumah tangga, bisa dipastikan kedua belah pihak punya andil yang sama besar (kalau mau ditelusuri sampai ke akar permasalahan). Dan laki-laki mempunyai dilema yang tak kalah serius dibandingkan perempuan saat harus menghadapi perceraian. Panduan Umum Bagi Pendaki Hutan Liar bercerita tentang Leven dan putri remajanya, Bitya. Di cerita ini, Leven juga sudah bercerai dari istrinya, Nimbe. Dan dia tengah menikmati perjalanan hiking bersama putri mereka sebagai bagian dari quality time ayah dan anak. Dan pertanyaan saya adalah: “Bagaimana kita melindungi orang-orang yang kita cintai dari hal-hal yang berada di luar kuasa kita?”

> Kota Abu-Abu

Suatu hari saya menatap layar komputer yang masih kosong-melompong tanpa kata. Lama saya menatap layar itu, sebelum akhirnya saya berani menuliskan satu kata, dua kata, tiga kata—satu paragraf—meski ujung-ujungnya saya hapus sama sekali dan saya kembali menatap layar kosong. Kemudian saya terpikir soal comfot zone dan bagaimana hidup selalu penuh tantangan dan segala macam tantangan yang terkadang justru kita hindari karena kita enggan berubah, enggan diubah, enggan mengalami perubahan dalam kapasitas apapun. Lalu saya bertanya: “Apa yang salah dengan itu?” Saya bangun dua karakter yang bertolak belakang, sepasang teman lama yang bertemu kembali di usia dewasa. Bagaimana pengalaman mereka membentuk persepsi tentang dunia yang mereka tinggali, tentang masa depan, tentang cara hidup? Dan pertanyaan saya kembali ke awal: “Apa yang salah dengan comfort zone?”

> Saksi Mata

Di tahun 1964, seorang wanita dilaporkan terbunuh di depan gedung apartemennya di salah satu kota besar di Amerika Serikat. Menurut artikel koran yang melansir kejadian tersebut, pembunuhan itu disaksikan oleh lusinan penghuni gedung yang diam saja tanpa melakukan apa-apa. Sejak itu, sistem keamanan kota diubah guna melindungi warga yang bepergian seorang diri; dan tak sedikit ahli kejiwaan yang menghabiskan waktu berusaha menjelaskan fenomena itu. Sudah lama saya ingin menulis cerita yang merefleksikan kejadian tersebut, namun tidak pernah menemukan format yang tepat—hingga tahun lalu. Pertanyaan saya adalah: “Kenapa reaksi warga yang acuh tak acuh terhadap sesamanya (bahkan berakibat fatal bagi sesamanya) terasa begitu … normal?”

adalah seorang pemimpi yang tidak suka tidur. Dan ketika didatangi mimpi, senang menganalisa mimpi itu seolah pertanda serius (padahal cuma bunga tidur). Ngelindur.

5 Comment on “Mengupas Absurditas: SKTLA

  1. Ping-balik: Selama Kita Tersesat di Luar Angkasa by Maggie Tiojakin | Buntelan Buku

  2. Ping-balik: Selamat, Anda Tersesat! | FIKSI LOTUS

Tinggalkan balasan