DAHULU KALA adalah seorang ibu
Yang memiliki sembilan putra dan seorang putri.
Semua anak laki-lakinya dikenal sebagai pejuang gagah
Dan putrinya dikenal dengan nama Dhoqina,
Seorang gadis kecil, belum menikah,
Ia begitu lincah layaknya seekor elang.
Dari negeri jauh datang sepucuk surat
Berisi kata-kata indah untuk meminang gadis itu,
Namun kakak-kakaknya tak ada yang mengijinkan,
Kecuali yang termuda di antara mereka,
Hanya Constantine yang memberi ridhonya,
Hari dan bulan berlalu,
Dhoqina berangkat keluar negeri untuk menikah
Tujuh hari lamanya ia habiskan dalam perjalanan tersebut.
Semua kakak laki-lakinya kemudian juga pergi dari rumah,
Nun jauh di negeri antah beratah menjadi pejuang negara
Bertempur melawan Rusia,
Hingga kesembilan saudara itu tewas oleh luka perang.
Kini hanya tinggal sang ibu seorang diri:
“Constantine, anakku, dimana kau?
Dulu waktu kau masih hidup, kau berjanji,
Ini yang kau katakan sebelum pergi:
‘Hidup atau mati
Aku akan mengembalikan Dhoqina padamu!’
Constantine, anakku, dimana kau?
Mana janjimu?’
Maka sang Ibu pun berkeluh-kesah,
Menunggu kembalinya sang putri dari jauh.
Lantas Constantine bangkit dari kubur,
Batu nisannya seketika menjelma jadi seekor kuda jantan,
Tanah kuburnya menjelma jadi sebentuk pelana,
Ia bergegas menunggang kuda hitam itu,
Ia lintasi pegunungan satu demi satu,
Perjalanan itu berlangsung cepat, juga lamban
Melewati area pegunungan tinggi dan bersalju,
Direbutlah sang adik yang tengah menari:
“Oh Dhoqina, Dhoqina sayang,
Tak rindukah kau pada keluargamu?
Air mata tak habis mengalir di pipi ibumu
Ia begitu rindu padamu.”
“Kabar baik atau kabar buruk yang kau bawa?”
“Ikutlah denganku, Dik,
Tak usah ganti baju, pakai saja apa yang ada.”
Pemuda itu menarik tubuh adiknya ke atas punggung kuda
Seiring dengan kicauan burung-burung di pegunungan:
“Tsili viu, tsili viu,
Adakah kau melihat mereka, adakah kau melihat mereka,
Orang mati yang berkuda bersama mahluk hidup?”
Lalu Dhoqina bertanya kepada kakaknya:
“Constantine, kakakku tersayang,
Apa yang terjadi, ada masalah apa?
Bau apa itu yang begitu menusuk datang
Dari tangan dan pundak besarmu?”
“Asap dan mesiu dari senapanku
Karena aku datang dari medan perang.”
“Constantine, oh kakakku sayang,
Ada apa di rambutmu yang bersinar terang,
Begitu silau nyaris membutakan?”
“Jangan khawatir, adikku sayang,
Itu hanya debu yang beterbangan dari jalan.”
“Constantine, oh kakakku sayang,
Apa yang salah dengan rumah kita,
Mengapa catnya sudah diganti,
Apakah ada musibah yang menimpanya?”
“Jangan khawatir, Dhoqina sayang,
Itu dilakukan karena Ibu sudah semakin tua.
Dia tidak lagi suka warna-warna cerah,
Maka ia meminta orang mengecat ulang dinding rumah kita
Dengan warna hitam sebagai simbol penuaannya,
Tak lebih dan tak kurang dari itu,” kata
Si pemuda begitu mereka tiba di tempat tujuan.
“Turunlah dari kuda, Dhoqina sayang,
Masuklah ke dalam rumah, adikku,
Aku akan segera menyusul dalam sekejap.”
Setelah itu, Constantine memacu kudanya secepat mungkin
Kembali ke kuburan.
Dhoqina melangkah ke pintu rumah,
“Buka, Bu, ini Dhoqina!”
“Siapa yang berani mengaku sebagai Dhoqina?
Semoga petir menyambarmu!
Siapa yang menyuruhmu datang kemari?
Semua putraku telah pergi dan takkan kembali.”
“Buka pintunya, Ibu sayang,
Aku telah kembali bersama kakakku,
Constantine yang membawaku kemari di atas punggung kuda.”
“Constantine telah pergi dan takkan kembali,
Terbunuh di medan perang,
Kini tubuhnya telah lisut dan jadi abu.”
Kemudian wanita itu bergegas membuka pintu dan
Melihat putrinya berdiri di sana,
Kedua wanita mati detik itu juga. FL
Januari 2016 © Hak cipta Fiksi Lotus dan Robert Elsie. Tidak untuk ditukar, dijual-beli atau digandakan.
#CATATAN:
> Dongeng atau balada (cerita yang disampaikan secara oral) ini berjudul Besa e Kostandinit (Constantine’s Besa) asal Albania. Besa berarti ‘sumpah mati’. Versi bahasa Inggris balada ini diterjemahkan oleh Robert Elsie.
>> Besa e Kostandinit memiliki pesan bahwa laki-laki Albania sangat menepati janji hingga mereka akan bangkit dari kubur untuk melakukannya. Selain itu, kisah ini juga menunjukkan kekuatan ‘sumpah’ seorang ibu terhadap anaknya.
>>> Popularitas Besa e Kostandinit tidak hanya terbatas pada negara Albania saja. Kisahnya juga populer di Italia, Jerman, Serbia, Yunani, Kosovo, Montenegro, Bulgaria, Lituania, juga Makedonia. Nama Constantine, tergantung dari budaya yang mengadopsi kisah ini, sering juga dikenal sebagai Halil Garria, Ali, dan Hysen. Sementara nama Dhoqina sering dikenal sebagai Doruntina, Garantina, atau Fjoruntina. Penulis Albania, ISMAIL KADARE, mengadaptasi balada ini menjadi sebuah novel yang bertajuk Kush e solli Doruntinën? (Siapa yang membawa kembali Doruntine?) di tahun 1979, dan kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris sebagai Doruntine.
Reblogged this on basoakbar07.
SukaSuka
Endingnya lugas, pecah! Ah, dongeng yang berakhir lebih penting ketimbang bahagia
SukaSuka
Albania bahkan dalam dongeng pun menjadikan perang sebagai setting yang indah..
SukaSuka
Lucu juga ya sebegitu tepat janji nya laki-laki di Albania 😁 ini cerita yang keren
SukaSuka
Bagus…, endingnya menarik juga ^_^
SukaSuka
Endingnya mengagetkan juga. Kenapa mati dua2 nya.
SukaSuka
twitst nya bukan main.. ending yang mengejutkan 🙂
SukaSuka
boleh jadi bentuk pengabdian kepada orang tua
SukaSuka
Sangat Menarik ya Ending nya Doniqa sama ibunya Juga akhirnya Mati secara tiba tiba kirain mau Happy ending atau sad ending gitu ‘-‘ Terus Catatan Nya juga bagus “Laki laki Albania Sangat menepati janji Hingga Bangkit dari kuburnya” Jadi kita harus Menepati Janji kita Jangan ingkar janji Buat Laki laki Indonesia Jangan mau kalah sama Laki laki albania Yg menepati janji ya 😂
SukaSuka
Ini nada yg di muhajirin?
SukaSuka
Ini juga sebagai simbol Patuh pada orang tua Jadi kalian jangan sampai Menyakiti mereka terutama Ibu karna doa ibu itu segalanya Buktinya pas ibunya manggil manggil Costantine Kedengeran sampe ke kuburan nya 😦
SukaSuka