George Saunders
Lars Farf tidak selalu dipenuhi rasa takut berlebihan seperti sekarang. Sebelumnya, rasa takut yang menghantuinya masih dalam batas normal. Lalu suatu hari, dia kembali dari ladang dan menemukan rumah tinggalnya telah hangus, hanya menyisakan setumpuk arang.
Di mana istrinya, di mana anak-anaknya?
Untungnya, istri dan anak-anaknya tidak berada di bawah tumpukkan arang dan abu berasap, melainkan di ujung jalan, berlari sekuat tenaga sambil mendesah lega melihatnya berada dalam keadaan selamat. Seperti mereka, Lars juga tidak tertimbun tumpukkan arang dan abu.
Namun kerusakan paling fatal justru terjadi secara psikologis: kini Lars Farf dipenuhi rasa takut berlebihan.
Ketika Lars membangun kembali rumah tinggalnya, ia membuat beberapa perubahan. Rumah barunya tak lagi dilengkapi dengan perapian. Tidak ada satu pun korek api yang dibiarkan masuk ke dalam rumah. Rumah itu juga tidak dilengkapi dengan kompor, dan semua kegiatan masak-memasak harus dilakukan di sebuah gubuk kecil yang jaraknya beberapa ratus meter dari bangunan rumah tinggal. Semua anggota keluarga juga dilarang memasuki Gubuk Masak.
Setiap jam, salah seorang pembantu rumah tangga diharuskan mengelilingi bangunan rumah dan menyirami dindingnya dengan air yang ditampung di Ember Khusus Pemadam Api, untuk jaga-jaga.
Lantas, setelah melakukan sedikit riset tentang api, Lars mengetahui bahwa api ditimbulkan oleh gesekan. Setelah itu, tidak ada gesekan yang diperbolehkan di dalam rumah tinggal mereka. Semua penghuni rumah diharuskan mengenakan sepatu khusus dengan sol sangat halus agar pemakainya bisa meluncur di atas lantai yang tak kalah mulus. Tidak ada satu benda pun yang dibolehkan saling bersentuhan, menggores atau bersinggungan dengan benda lain. Para penghuni rumah juga dilarang bersentuhan. Tak ada ciuman di pipi. Tak ada tepukan di bahu. Tak ada aktivitas geser-menggeser barang, termasuk buku. Bila bokong mereka gatal, mereka harus keluar dari rumah untuk menggaruknya.
Intinya, semua aktivitas yang menyangkut gesek-menggesek harus dilakukan di Gubuk Gesek, yang letaknya di samping Gubuk Masak, dan setiap anggota keluarga hanya boleh mendiami gubuk tersebut selama 32 detik. Setelah 32 detik, Lars akan mengecek kondisi tubuh masing-masing anggota keluarga untuk memastikan mereka tidak tersulut api.
Suatu hari, saat tengah membaca koran, Lars mendapati berita tentang banjir bandang. Ia mengetahui bahwa banjir bandang melibatkan arus air deras yang datangnya tiba-tiba. Malam itu, ia bermimpi bahwa seluruh anggota keluarganya menghaturkan rasa terima kasih tak terhingga padanya karena telah membuat seisi rumah mereka anti-kebakaran; namun tiba-tiba air deras datang dan menghanyutkan mereka. Lars mendengar suara istri dan anak-anaknya memanggil namanya di kejauhan, terseret oleh arus air.
Keesokan paginya, Lars mencabut semua pipa saluran air dari rumah tinggalnya, begitu pula dengan semua wastafel, bak mandi, gelas, dan spons. Anjing peliharaan keluarganya juga tidak diijinkan meneteskan air liur di dalam rumah. Semua kegiatan menangis, berkeringat, dan minum harus dilakukan di dalam gubuk ke-tiga, yang dibangun di antara Gubuk Masak dan Gubuk Gesek, dan yang disebut sebagai Gubuk Basah.
Meski begitu, Lars tetap saja khawatir. Ia sudah mengatasi ancaman kebakaran dan kebanjiran, itu benar, tapi tentunya dalam hidup masih banyak marabahaya yang mengancam keselamatan keluarganya. Bagaimana ia bisa mencengah hal-hal buruk agar tidak menimpa keluarganya sementara dia sendiri tidak tahu hal-hal buruk macam apa saja yang ada di dunia ini?
Maka Lars membeli sebuah buku berjudul Tragedi: Daftar Terlengkap dan mulai mempelajari isinya.
* * *
Hal pertama yang dilakukan Lars adalah menaikkan dasar rumah tinggalnya setinggi 61 meter di atas permukaan tanah, agar benar-benar terhindar dari bencana banjir. Namun hal itu membuat rumahnya rentan terhadap serangan petir, karena posisinya yang begitu dekat dengan langit. Maka ia membangun kanopi khusus yang berfungsi menangkal petir. Dan karena kanopi anti-petir itu sangat berat, ia harus menyanggahnya dengan tiang-tiang khusus; lalu untuk mencegah agar tiang-tiang itu tidak tumbang dan menimpa keluarganya, serta membunuh mereka, Lars juga membangun perangkat khusus untuk menahan tiang-tiang itu bila suatu waktu mereka tumbang. Perangkat khusus itu ia pasang di antara mesin pembaca cuaca yang dapat memprediksi datangnya angin ribut.
Selain itu, untuk melindungi rumah tinggalnya dari segerombolan Perampok Jahanam, Lars menyewa jasa tim khusus yang terdiri dari sebelas orang Perampok Jahanam Yang Telah Tobat. Dan untuk memastikan para Perampok Jahanam Yang Telah Tobat itu melakukan tugas mereka dengan baik — karena siapa tahu salah satu dari mereka tergoda untuk kembali merampok — Lars menyewa jasa tim khusus lain yang terdiri dari dua-puluh-dua orang Spesialis Pengkaji Gelagat Perampok Jahanam.
Dan untuk mencegah keberadaan ular berbisa dan/atau anjing gila, Lars menyewa satu tim khusus penggali tanah untuk menggali lubang sedalam 60 meter, menjadi palung anti-ular/anti-anjing yang mengelilingi bangunan rumah tinggalnya. Ia juga memasang pintu gerbang anti-beruang di sepanjang jembatan anti-badai yang terbentang di atas palung anti-ular/anti-anjing.
Sekarang giliran Mrs. Farf dan anak-anak mereka untuk merasa khawatir. Mereka berharap Lars bisa kembali jadi pria yang sama sebelum bencana kebakaran yang menghanguskan rumah mereka terjadi.
Dulu, Lars adalah pria yang ceria, dengan tingkat ketakutan yang normal, yang memiliki tawa menggelegar hingga bisa membangunkan seisi rumah, dan yang membuat anggota keluarganya terganggu dengan tawa itu hingga mereka terbaring di ranjang dan berharap Lars akan segera kelelahan dan, pada akhirnya, ketiduran.
Tapi bahkan dengan segala perbaikan yang telah dibangun, Lars masih belum bisa menyingkirkan rasa was-wasnya. Ia masih terjaga di malam hari, sibuk menginspeksi Gubuk Masak, Gesek, dan Basah. Menginspeksi juga kanopi dan tiang dan mesin pembaca cuaca, para Perampok, dan Spesialis Pengkaji Gelagat Perampok, serta memicingkan mata ke kedalaman palung untuk melihat apakah ada ular ataupun anjing yang mampu melewati rintangan yang telah ia bangun.
Kemudian, suatu hari, Lars seolah mendapat ilham. Tidak ada satu hal pun yang akan terjadi pada istri dan anak-anaknya bila mereka dimasukkan ke dalam Cemuk Perlindungan Individu yang tertutup rapat, serta tahan bencana, dan tak bisa hancur. Maka ia menyewa satu tim tukang kayu untuk membangun Cemuk Perlindungan Individu dari kayu jati yang tebal dan berat, dengan Talang Pengantar Makanan yang terbuat dari tembaga, serta Ventilasi Penyedia Oksigen dan sebentuk kaca kecil sebagai Portal Pengelihatan agar anggota keluarganya, dalam keadaan terlindungi, tetap bisa melihat area di sekeliling mereka dan berjaga-jaga terhadap ancaman marahabaya yang datangnya tiba-tiba.
Begitu istri dan anak-anaknya telah aman berada di dalam, Lars menaikkan Cemuk-cemuk itu pada ketinggian yang berada sedikit di atas ketinggian tubuh Beruang dan/atau Serigala, namun tidak terlalu tinggi hingga bila satu dari tiga utas Tali Penahan Anti-Gagal putus, dan Cemuk itu terempas ke tanah, maka penghuni di dalamnya takkan terluka.
Akhirnya, semua terasa sempurna. Tak ada satu pun hal buruk yang akan terjadi pada keluarga Lars Farf, sampai kapanpun. Walau itu artinya tak ada satu pun hal baik yang akan terjadi pada mereka juga.
Namun bagi Lars, yang kini akhirnya bisa tidur nyenyak di malam hari, hal tersebut adalah resiko yang sepadan dan patut diambil.
Untuk pertama kalinya sejak musibah kebakaran yang menghanguskan rumah tinggalnya, Lars merasakan indahnya hidup.
Hingga, suatu sore, ia mendapati dua orang Spesialis Pengkaji Gelagat Perampok Jahanam tengah asyik bermain catur dan lalai melakukan tugas mereka, yaitu Mengkaji kinerja tim khusus Perampok Jahanam Yang Telah Tobat. Mendadak rasa percaya Lars terhadap para Spesialis Pengkaji tidak lagi memadai. Maka ia menyewa tim baru yang terdiri dari para Pengamat Spesialis Pengkaji Gelagat Perampok Jahanam, guna mengawasi kinerja tim Spesialis. Lalu, karena Lars masih belum sepenuhnya percaya pada para Pengamat Spesialis Pengkaji Gelagat Perampok Jahanam, ia pun mempekerjakan sekelompok biksu untuk mengamati para Pengamat, dan, masih belum puas dengan kinerja para biksu, yang menurut Lars mengundang kecurigaan karena kepala mereka yang selalu botak dan perilaku yang pendiam, ia mempekerjakan sekelompok orang-orang suci yang punya kemampuan melayang di udara.
Setelah itu, Lars meminta mereka semua — para Perampok Jahanam Yang Telah Tobat, para Spesialis Pengkaji Gelagat Perampok Jahanam, para Pengamat Spesialis, para biksu, dan para orang suci — untuk mengenakan sistem penyanggah kaki yang terbuat dari besi serta pakaian yang terbuat dari semen agar mereka tidak bisa kabur mendadak bila suatu hari mereka memutuskan, secara bersamaan, untuk mengkhianatinya.
Selain itu, Lars juga menyewa beberapa Pengawas Ular-Anjing-Beruang-Serigala, yang bertugas Mengintai daerah hutan di sekitar lokasi rumah tinggalnya; lalu ia menyewa sekelompok Dokter Spesialis Mata untuk memeriksa daya penglihatan para Pengawas Ular-Anjing-Beruang-Serigala, agar tak ada satu pun hal mencurigakan yang luput dari pengawasan mereka.
Kemudian Lars memberikan perintah agar mereka tidak hanya menangkap semua jenis ular, anjing, beruang, dan serigala, tapi apa pun yang kiranya berbentuk serupa dengan ular, anjing, beruang, dan serigala — termasuk, meski tidak terbatas pada, semua batang pohon/dahan/batu, dan/atau batu besar yang menyerupai ular/anjing/beruang/serigala.
Lalu, suatu hari, terdengar teriakan dari Cemuk Perlindungan Individu #4, yang didiami oleh Gwen, anak tengah dari keluarga Lars Farf. Begitu diteliti, Lars menyimpulkan bahwa Gwen tak sengaja menggaruk bagian dalam Cemuk Perlindungan Individu dan kini ada serpihan kayu yang tertancap di jarinya. Jari tersebut berdarah. Kasihan sekali!
Betapa bodohnya aku, gerutu Lars pada diri sendiri. Ayah macam apa yang tega membangun Cemuk Perlindungan Individu dari bahan kayu jati, yang tentunya bisa berakibat seperti ini atau, lebih parah lagi, bisa tersulut api?
Dasar tolol, tolol, tolol, pikir Lars, seraya bergegas menuju tengah kota untuk meminta seorang ahli membuatkan lima Cemuk Perlindungan Individu yang baru, terbuat dari bahan logam.
Kota itu menyerupai mimpi buruk. Semua orang saling bersingunggan, mengepel lantai dengan air dari ember, berkeringat di tempat-tempat terbuka. Ia bahkan melihat seorang anak kecil, yang kelihatannya memang sudah bosan hidup, menggesek dua batang kayu secara bersamaan, di dekat seorang pria tua berkulit keriput yang sedang membaca sebentuk surat kabar yang sangat mudah tersulut api.
Apa yang ada dalam pikiran orang-orang ini?
Apakah tidak ada dari mereka yang ingin menghargai hidup?
Sementara itu, di rumah keluarga Lars, para orang suci yang tak tega memikirkan nasib istri dan anak-anak Lars memutuskan untuk membebaskan mereka dari Cemuk-Cemuk Perlindungan Individu sepanjang sore. Tentunya hal itu membuat istri dan anak-anak Lars sangat gembira.
Mereka berpesta, dan melakukan hal-hal yang, menurut mereka, sedikit liar: meneguk bergelas-gelas air (bahkan sengaja menumpahkan air ke lantai), berdansa tanpa mengenakan sepatu anti-gesek, menggaruk-garuk tubuh mereka meski tak ada bagian yang gatal, dan, begitu hari mulai gelap, mengambil Ember Khusus Pemadam Api, mengisinya dengan jerami, menyulut api, dan berdiri sambil memanggang marshmallow di atasnya.
Tepat pada saat itu, Lars tiba kembali di rumah tinggalnya.
Sangat sulit bagi siapapun untuk menggambarkan rasa terkejut Lars ketika ia melihat anggota keluarganya bertindak begitu ceroboh dan mengambil resiko yang begitu besar terhadap keselamatan mereka sendiri.
Ia segera menggiring mereka ke dalam Cemuk Perlindungan Individu yang baru; yang tidak saja dibuat dari bahan logam mengilap sekaligus anti-gesek, juga telah dilengkapi dengan Gembok Pengunci yang lebih canggih. Portal Pengelihatan telah ia hilangkan karena Lars berpikir dengan memberikan anggota keluarganya akses untuk melihat keluar, mereka akan melihat hal-hal yang bisa membuat mereka khawatir atau takut.
Begitu ia mempertimbangkan bagaimana ia telah menghilangkan Portal Pengelihatan, Lars tersadar bahwa ia mendapatkan keuntungan lain dari keputusannya tersebut: Bukan saja keluarganya yang tidak memiliki akses untuk melihat dunia luar, tapi ia sendiri juga takkan bisa melihat ke dalam cemuk-cemuk perlindungan itu.
Bila ia tak melihat keluarganya, tentu itu akan memudahkannya untuk tidak terlalu memikirkan betapa besar cintanya terhadap mereka, dan bila ia tak memikirkan rasa cintanya terhadap keluarganya, maka ia takkan terlalu khawatir terhadap hal-hal buruk yang bisa menimpa mereka.
Pada saat itu, Lars menemukan teori yang sekarang dikenal dengan sebutan Hipotesis Lars Farf.
Cinta, menurut Lars, mengundang rasa Takut. Bila kita Mencintai seseorang, maka kita akan ketakutan Kehilangan mereka. Bila kita berhenti Mencintai, maka rasa Takut juga akan berkurang. Oleh sebab itu, untuk menjauhkan diri dari rasa Takut, kita harus bisa berhenti Mencintai.
Inilah yang sedang dicoba dilakukan oleh Lars.
Ia berhenti mengunjungi cemuk-cemuk yang didiami oleh anggota keluarganya secara rutin. Biasanya ia akan berkunjung setiap jam dan, lewat Ventilasi Penyedia Oksigen, ia akan mengonfirmasi keadaan mereka lewat suara. Tapi hal itu justru membuatnya sedih. Karena mendengar suara keluarganya setiap jam membuat Indikator Cinta-nya semakin meninggi. Maka ia menyewa seorang Asisten Verifikasi untuk melakukan pengecekan setiap jam lewat Konfirmasi Verbal terhadap keluarganya, sekaligus mengantarkan makanan serta air minum dalam wadah mungil semacam bidal.
Namun Lars juga merasakan bahwa memandang cemuk-cemuk itu saja sudah cukup untuk membuatnya teringat pada istri dan anak-anaknya, maka ia memutuskan untuk menutup cemuk-cemuk tersebut dengan kain lebar. Lalu ia merasakan bahwa melihat kain lebar itu, ia juga teringat pada cemuk-cemuk yang berada di bawahnya, maka ia memutuskan untuk memindahkan cemuk-cemuk tersebut ke suatu lokasi di belakang rumah.
Kini setelah keluarganya diamankan di dalam Cemuk Perlindungan Individu masing-masing, di belakang rumah, di bawah lapisan kain lebar, Lars merasakan Indikator Cinta-nya menurun perlahan-lahan.
Tak lama setelah itu, Lars melalui hari-hari di mana ia tidak mengkhawatirkan keluarganya sama sekali.
Untuk pertama kalinya, sejak hari pernikahannya, Lars merasa begitu bebas dari rasa Takut.
Lantas, suatu pagi, sang Spesialis Verifikasi terburu-buru menghampirinya dan menyampaikan kabar bahwa Gwen sekarat.
“Siapa?” tanya Lars. “Siapa yang sekarat?”
“Gwen,” kata sang Spesialis Verifikasi. “Cemuk #4.”
“Saya tidak kenal orang bernama Gwen,” kata Lars.
Namun sang Spesialis Verifikasi melihat genangan air mata di mata Lars.
“Si Gwen ini sekarat karena apa?” tanya Lars.
“Bosan, kesepian, saya tidak yakin,” ujar sang Spesialis.
Maka Cemuk #4 pun dibuka, dan Gwen dikeluarkan dari sana.
Melihat anak gadisnya, Indikator Cinta Lars otomatis meninggi, dan dia tersadar, dengan perasaan gundah, bahwa ia baru saja menyia-nyiakan kerja kerasnya selama berbulan-bulan. Seperti yang telah diramalkan oleh Hipotesis Lars Farf, seiring dengan meningkatnya Indikator Cinta-nya, maka Penilaian Rasa Takut-nya juga ikut meningkat — yang disebabkan oleh wajah Gwen yang pucat, dan tubuhnya yang lemah, serta kenyataan bahwa, setelah berbulan-bulan terkurung dalam Cemuk, anak gadisnya masih menyapanya dengan tatapan penuh kegembiraan.
“Buka cemuk-cemuk perlindungan itu,” perintah Lars dengan suara serak. “Buka semuanya.”
Maka dibukalah semua Cemuk yang mengurung anggota keluarganya, dan begitu mereka telah dikeluarkan dari cemuk-cemuk tersebut, istri dan anak-anaknya terlihat lemah dan pucat.
Pada saat itu, Lars menemukan bahwa Hipotesis Lars Farf tidak bisa dipungkiri: Cinta memang menyebabkan Rasa Takut. Semakin besar rasa Cinta-mu, kau akan semakin Takut Kehilangan orang-orang yang kau Cintai.
Lantas apa yang harus kita lakukan? Hidup dalam Ketakutan? Hidup terlepas dari Ketakutan? Bangun pagi setiap hari dengan kesadaran bahwa hari ini bisa jadi hari di mana kau Kehilangan orang yang kau Cintai?
Kemudian Lars melihat bayangannya sendiri di dalam salah satu Cermin Keamanan. Ia terlihat persis orang gila. Rambutnya berdiri semua dan ada kesan dingin di matanya. Dan karena sudah berminggu-minggu tak ada seorang pun yang mengingatkannya untuk mencukur janggut, maka janggutnya telah tumbuh panjang sampai batas dada; dan karena tak ada seorang pun yang memperingatkannya lewat gestur kekeluargaan, dengan berdehem atau melirik tajam, untuk membersihkan janggutnya, maka kini janggutnya dipenuhi oleh remah-remah roti, permen, dan entah bagaimana, karet penahan pintu.
Pada saat itu, Lars menemukan Hukum Sebab Akibat Lars Farf. Hukum tersebut memang tidak se-elegan Hipotesis Lars Farf, namun kebenaran yang tertanam di dalamnya tak kalah kuat: Hidup tanpa Cinta, maka kau akan hidup dengan Janggut kotor.
Dengan penuh kerendahan hati, Lars mengecup dahi setiap anggota keluarganya, meminta maaf kepada mereka, dan menghancurkan cemuk-cemuk tersebut, berikut semua gubuk, kanopi, tiang, dan perangkat lainnya. Ia juga memecat para Perampok, Spesialis dan Pengamat. Ia menyingkirkan para biksu dan orang suci, serta mengisi palung anti-anjing, anti-ular yang mengelilingi rumah tinggal mereka dengan air, agar anggota keluarganya bisa berenang di sana bila mereka mau.
Tapi mereka hanya boleh melakukan itu bila tidak ada hujan badai.
Atau kemungkinan hujan badai.
Dan mereka juga tak boleh berenang tanpa pelampung, yang dilengkapi dengan Alarm khusus Pemberitahu Keberadaan Hiu.
Dan mereka juga harus menandatangani Daftar Jam Renang, yang harus ditanda-tangani lagi setelah mereka selesai Berenang, meskipun mereka belum benar-benar selesai dan hanya naik ke permukaan sekadar untuk menyantap camilan yang sedang dimasak di Perapian Alam Terbuka, yang dijaga ketat oleh Lars sambil mencengkeram Ember Pemadam Api, bahkan saat ia sendiri memutuskan — secara cepat dan hati-hati — untuk ikut berenang. FL
Desember 2015 © Hak Cipta Fiksi Lotus dan George Saunders. Tidak untuk dijual, digandakan ataupun ditukar.
———-
# CATATAN:
> Cerita ini bertajuk “Lars Farf, Excessively Fearful Father and Husband” karya GEORGE SAUNDERS dan pertama kali diterbitkan di antologi cerita pendek “Noisy Outlaws, Unfriendly Blobs, and Some Other Things That Aren’t as Scary, Maybe, Depending on How You Feel About Lost Lands, Stray Cellphones, Creatures from the Sky, Parents Who Disappear in Peru, a Man Named Lars Farf, and One Other Story We Couldn’t Quite Finish, So Maybe You Could Help Us Out” terbitan McSweeney’s Books tahun 2005. Cerita pendek ini juga pernah dibacakan oleh James Naughton dalam segmen “Worst Case Scenario” untuk acara radio “Selected Shorts”.
>> GEORGE SAUNDERS adalah seorang novelis, cerpenis, penulis esai dan buku anak asal Amerika Serikat. Di tahun 2006, ia mendapatkan MacArthur Fellowship dan karyanya tembus sebagai finalis untuk penghargaan National Book Award di tahun 2013. Kumpulan cerita pendeknya, “Tenth of December”, dinobatkan sebagai pemenang Story Prize di tahun 2013, lalu Folio Prize pada tahun berikutnya, 2014.
# POIN DISKUSI:
Sosok Lars Farf, meskipun akan sulit ditemui secara utuh dalam realita tapi paling tidak ada banyak induvidu yang memiliki penyakit yang sama. Awal cerita ini dibuka, saya langsung terkesan dan susah untuk berhenti. Saat membaca saya selalu teringat dengan seorang teman yang juga punya masalah dengan ketakutan, saya berharap di ending saya menemukan solusinya. Dan benar solusianya adalah tidak punya solusi. hehe..
SukaSuka
Sosok Lars Farf, meskipun akan sulit ditemui secara utuh dalam realita tapi paling tidak ada banyak induvidu yang memiliki penyakit yang sama. Awal cerita ini dibuka, saya langsung terkesan dan susah untuk berhenti. Saat membaca saya selalu teringat dengan seorang teman yang juga punya masalah dengan ketakutan, saya berharap di ending saya menemukan solusinya. Dan benar solusianya adalah tidak punya solusi. hehe..
SukaSuka
Hahaha … benar, tidak ada solusi. Hanya ada kalah atau menang sama rasa takut 😀 Terima kasih ya sudah main ke Fiksi Lotus. Ditunggu komentar-komentar lainnya.
SukaSuka
Lars bagi saya adalah si penakut profesional, hehee.. Sebagai seorang penakut dengan level kekhawatiran yang begitu tinggi, ia memiliki strategi pertahanan yang luar biasa hebat, bahkan bisa dibilang naif. Sangat menggelitik.
Di akhir cerita, Lars seakan ingin “resign” dari profesi paranoianya dan menerima kenyataan bahwa cinta dan rasa takut adalah satu paket yang tak terpisahkan. Namun, nyatanya ia masih takluk dengan rasa takutnya walaupun mungkin porsinya tidak sebesar yang dulu. Ketika membaca Lars berdalih, “Tapi mereka hanya boleh melakukan itu bila tidak ada hujan badai,” rasanya seperti dihadapkan fakta bahwa terkadang kita bertindak seperti itu. Kita janji untuk segera berhenti dari kebiasaan buruk, namun kita juga membuat aturan/alasan yang pada akhirnya kita tidak benar-benar berhenti dari kebiasaan buruk itu. Jadi kalau ditanya cerita ini akurat atau tidak, saya rasa akurat. Beberapa orang yang saya kenal, atau bahkan saya sendiri, terkadang masih takluk oleh rasa takut akan suatu hal hehehe…
SukaSuka