John Edgar Wideman
Seorang pria tengah berjalan di tengah hujan sambil mengudap pisang. Dari mana dia datang. Ke mana dia hendak pergi. Kenapa dia mengudap pisang. Seberapa deras curah hujan saat itu. Apakah dia keberatan diguyur hujan seperti itu. Seberapa cepat ia melangkah. Apa yang sedang dia pikirkan. Siapa yang melontarkan rangkaian pertanyaan ini. Siapa yang harus menjawabnya. Kenapa. Siapa peduli. Memang ada berapa banyak pertanyaan yang bisa dilontarkan tentang seorang pria yang sedang berjalan di tengah hujan sambil mengudap pisang. Apakah pertanyaan yang tadi telah terlontar termasuk dari rangkaian pertanyaan tersebut atau masih ada pertanyaan lain, yang tak ada sangkut pautnya dengan si pria, atau perjalanannya, ataupun hujan yang mengguyur. Jika bukan, lantas apa yang mau ditanya. Apakah satu pertanyaan nantinya akan melahirkan pertanyaan lain. Jika iya, apa gunanya. Jika tidak, apa kira-kira yang akan jadi pertanyaan terakhir. Apakah pria itu tahu jawabannya. Apa dia suka makan pisang. Atau berjalan di tengah hujan. Apa dia bisa merasakan beban perhatian yang diarahkan kepadanya oleh berpasang-pasang mata di sekitarnya, yang melempar beban pertanyaan ke arahnya. Mengapa warna kuning buah pisang yang begitu mencolok jadi satu-satunya warna yang terlihat: warna terakhir yang masih tersisa di tengah dunia yang begitu kelabu, yang saat diguyur hujan justru membuat segalanya terlihat semakin abu-abu. Aku mengenali pola pertanyaan yang datangnya bertubi-tubi. Dan satu-satunya jawaban yang bisa kuberikan adalah ini: ada begitu banyak cerita yang bisa kutulis tentang seorang pria yang tengah berjalan di tengah hujan sambil mengudap pisang, namun bisa dijamin semuanya bernada sedih — kecuali aku ada di belakang jendela, bersamamu, dan mengamatinya dari kejauhan. FL
Juni 2016 © Hak Cipta. Fiksi Lotus dan John Edgar Wideman. Tidak untuk dijual, digandakan, ataupun ditukar.
#CATATAN:
> Cerita ini bertajuk “Stories” karya JOHN EDGAR WIDEMAN dan pertama kali terbit di jurnal sastra, Conjunctions, pada tahun 2000.
>> JOHN EDGAR WIDEMAN adalah seorang penulis dan pengajar bidang kepenulisan asal Amerika Serikat. Karya-karyanya telah menuai banyak pujian dan penghargaan, termasuk PEN/Faulkner Award di tahun 1990 dan American Book Award untuk novelnya Philadelphia Fire. Pada tahun 2000, karyanya, Weight, juga dinobatkan sebagai karya utama dalam ajang O. Henry Prize Stories.
#POIN DISKUSI:
adalah seorang pemimpi yang tidak suka tidur. Dan ketika didatangi mimpi, senang menganalisa mimpi itu seolah pertanda serius (padahal cuma bunga tidur). Ngelindur.
Ceritanya terlalu singkat…menceritakan dunia yang kelabu, atau murung, yang bisa jadi merupakan gambaran jiwa si penulis sendiri. Tidak ada konflik, klimak pun tidak ada.
SukaSuka
Reblogged this on .::. halaman depan .::. and commented:
Cerita yg bikin terbengong-bengong~
SukaSuka
1. Hubungan antara kehidupan penulisnya yang soliter dengan banyaknya cerita yang bisa dia tulis
2. Warna kuning (keceriaan) yang ‘sedikit’ semakin mempertegas dunia yang serba kelabu (sedih)
3. Kesendirian
4. Dengan dieliminasinya tanda tanya, jadi lebih terasa monolog batin naratornya. Yang membaca tahu pertanyaan tersebut tidak perlu dijawab. Sementara tanpa pertanyaan-pertanyaan yang mengawali, tulisan ini cuma terdiri atas paragraf terakhir–yang sama sekali bukan cerita.
SukaDisukai oleh 1 orang
Ceritanya seksi, seperti etgar keret dalam beberapa cerpennya. Tidak ada kerangka cerita yg perlu diperhatikan. Secara pribadi saya tertarik dengan penulis2 macam ini, yg keluar dari peraturan baku.
SukaDisukai oleh 1 orang
ceritanya benar-benar unik menurutku. seperti judulnya, cerita tersebut seakan menjelaskan apa yang sebenarnya diperhatikan dalam penggarapan cerita.
SukaSuka
ceritanya benar-benar unik menurutku. nice
SukaSuka
Terlalu sederhana untuk sebuah cerita dan terlalu rumit untuk sebuah makna
SukaSuka
1. Setiap cerita muncul dari sebuah pertanyaan, yang kemudian akan terus mengakar ke pertanyaan-pertanyaan lain.
2. Di tengah-tengah hujan masih ada warna kuning yang terlihat. Ini seperti, meskipun berada dalam kesedihan masih ada kebahagian yang terselip, sehingga tidak melulu kehidupan itu menyedihkan.
3. Pertanyaan bisa muncul dari mana saja. Pertanyaan bisa tentang apapun, tentang siapapun.
4. John hanya ingin memaparkan apa yang ada di pikirannya menjadi suatu cerita, bukan menanyakan apa yang dia pikirkan.
SukaSuka
Endingnya ngena banget. “Kecuali aku ada di belakang jendela, bersamamu, dan mengamatinya dari kejauhan”. Ah…
SukaSuka
Gila! Keren banget tulisan ini!
Ini proses kreatifnya saya yakin spontan banget.
1. Bahwa topik yang unik menjadi nilai pokok dalam pengembangan cerita. Topik yang unik akan berdampak pada cerita yang unik.
2. Agak sulit saya menjawab. Bagi saya, efeknya adalah ada sebuah detail yang bersifat umum. Kalimat pembuka : “Seorang pria tengah berjalan di tengah hujan sambil mengudap pisang” adalah kalimat dimana pisang adalah satu-satunya hal yang diketahui dan disepakati banyak orang berwarna kuning
3. Saya cendrung tidak memikirkan kesan dari cerita. Yang saya pikirkan adalah kira-kira bagaimanakah proses kreatif si penulis sampai membuat tulisan seperti ini.
4. Tulisan terasa mengalir dan sama sekali tidak menggurui
SukaDisukai oleh 1 orang
1. Kerinduan penulis terhadap kekasihnya (yang di awal cerita hanya penghantar untuk sampai pada inti cerita, yaitu “kecuali aku ada di belakang jendela, bersamamu, dan mengamatinya dari kejauhan.”)
2, Memberi kesan kontras pada dunia abu-abu nan kelabu dalam cerita.
3. Trik yang hebat dari penulis bagaimana dia memberikan penutup yang hanya lewat satu kalimat.
4. Pengeliminasian tanda tanya ini menandakan bahwa kalimat itu retorik: kalimat yang pembaca tahu untuk tidak perlu menjawab pertanyaannya. Juga pembaca dibuat lebih masuk dalam cerita
SukaSuka
Sudut pandang penulis yang berbeda jika melihat suatu kondisi.
SukaSuka
Bagus2 ceritanya…
Bila berminat kami dari penerbit dan percetakan CV Herya Media bersedia membantu menerbitkan tulisan-tulisan di blog ini menjadi buku porfesional. Pokoknya kami bantu dari sisi layout (perwajahan) buku, desain kaver, pengurusan ISBN ke Perpusnas, sampai laik terbit.
Pricelistnya bisa dilihat disini>> https://heryamedia.wordpress.com/
SukaSuka
luar biasa,,,sedikit merinding membacanya
SukaSuka
1. Tentang satu pertanyaan sederhana bisa memunculkan pertanyaan lainnya. Tentang manusia yang tidak berhenti mempertanyakan sesuatu.
2. Menonjolkan kesan kontras di saat segalanya begitu abu-abu. Menuntut perhatian penuh.
SukaSuka
begitu indah imajinasi ini dibawa setiap kalimatnya
SukaSuka
Aku awalnya penasaran karena lihat tulisan yang cuma ada satu paragraf dan dianggap menarik sehingga diterjemahkan dan diposting di sini. Baru setelah selesai membaca, oh ternyata yang bikin menarik ada di Ide tulisan (yang berbeda dari biasanya, contoh bahwa ide bisa datang dari mana saja bahkan ketika melihat seorang pria makan pisang di bawah hujan) dan ending yang memancing di dalam hati ini merasakan sesuatu. Beuh, romantis juga ya endingnya.
SukaSuka
Reblogged this on Selasa (Amoretta Hon) and commented:
Sebuah kisah sederhana yang dikemas apik, singkat, namun kalian semua, yang sudah membacanya, pasti tahu di ujung paragraf terakhir itu ada sesuatu yang spesial. Seperti ketika kamu sadar kalau meskipun duniamu saat ini terasa berat, selalu ada sesuatu, hal yang kecil bisa juga besar, yang bisa membuat hidupmu lebih hidup. Misalnya, warna pisang, atau justru kamu. Dan itu mutlak.
SukaSuka
dalam keterbatasan dia selalu mencari jalan keluar bahkan dalam masalah sesulit apapun,mendingan aku menatapnya dari belakang
SukaSuka